BABEL-PT Timah Tbk (TINS), salah satu pemain utama dalam industri logam timah di Indonesia, menghadapi tantangan signifikan selama enam bulan pertama tahun 2023. Membaca artikel di Kontan.Co.Id Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo.
Penulis sedikit memberikan pandangan berupa analisis mendalam terkait kinerja finansial dan operasional TINS saat ini, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada penurunan kinerja, serta merumuskan implikasi dan rekomendasi untuk perusahaan ini berdasarkan ekspektasi Thomas.
1. Kinerja Finansial TINS
Penurunan Laba Bersih yang Mencekam
Kinerja finansial TINS terjun bebas selama semester I-2023. Laba bersih perusahaan ini turun sebesar 98,5% YoY, hanya mencapai Rp 16,26 miliar dibandingkan dengan Rp 1,08 triliun pada tahun sebelumnya.
Hasil ini jauh di bawah ekspektasi dan hanya mencapai 4,6% dari target laba bersih tahun ini. Ini menjadi sinyal peringatan serius atas kesehatan finansial TINS.
Penurunan Pendapatan yang Signifikan
Pendapatan TINS merosot tajam, mencapai Rp 4,57 triliun pada semester I-2023, turun 38,82% dari Rp 7,47 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga jual timah sebesar 34,7% dan penurunan volume penjualan timah olahan. Pendapatan ini hanya mencakup 55,4% dari estimasi pendapatan tahun ini.
Kerugian Operasional
Meskipun beban penjualan dan biaya operasional mengalami penurunan (masing-masing 24,3% dan 10,3% YoY), TINS mencatat kerugian operasional sebesar Rp 87 miliar.
Penurunan pendapatan yang tajam mengungguli pengurangan biaya, menggarisbawahi tekanan yang dihadapi perusahaan.
2. Faktor Penyebab
Penurunan Harga Timah
Penurunan harga jual timah yang mencapai 34,7% menjadi faktor utama dalam penurunan pendapatan TINS. Perubahan dalam dinamika pasar logam timah global memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Penurunan Volume Penjualan
Selain penurunan harga, penurunan volume penjualan timah olahan juga menjadi penyebab penurunan pendapatan. Upaya untuk meningkatkan penjualan dan mengembangkan pasar harus diutamakan.
3. Kinerja Operasional TINS
Target Kinerja Tidak Tercapai
TINS gagal mencapai target kinerja operasional yang telah ditetapkan. Produksi bijih, logam timah, dan penjualan timah olahan hanya mencapai 34%, 36%, dan 38% dari target yang dipasang.
Hal ini menunjukkan ada masalah dalam efisiensi produksi dan distribusi. Selain itu praktik penambangan ilegal yang masih belum terkendali.
Proyeksi Kinerja Menurun
Meskipun manajemen mengklaim perbaikan kinerja operasional di Agustus 2023, proyeksi Thomas Radityo menunjukkan bahwa produktivitas TINS akan terus menurun di sisa tahun ini. Ini memerlukan evaluasi mendalam dan tindakan korektif yang tepat.
4. Proyeksi Masa Depan
Proyeksi Rugi Tahun Ini
Thomas memperkirakan TINS akan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 75 miliar tahun ini, dari perkiraan sebelumnya yang mengindikasikan laba bersih sebesar Rp 333 miliar.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan akan menghadapi tantangan serius dalam menjaga keberlanjutan operasionalnya.
Penurunan Target Produksi
Thomas merevisi target produksi bijih dan timah olahan menjadi lebih rendah, mencerminkan ketidakpastian dalam produksi TINS. Upaya untuk meningkatkan produktivitas harus diprioritaskan.
Selain kemampuan berkolaborasi memininalisir praktek penambangan ilegal.
Pertahankan Harga Jual Timah
Meskipun harga jual rata-rata timah olahan tetap stabil pada level US$ 24.720 per ton, ini memungkinkan adanya peluang peningkatan pendapatan di masa depan. Strategi pricing yang bijak harus diterapkan.
5. Rekomendasi dan Risiko
Perlu Restrukturisasi Mendalam
TINS perlu melakukan restrukturisasi yang mendalam untuk mengatasi tantangan ini. Evaluasi efisiensi produksi dan pengelolaan biaya harus menjadi fokus utama.
Diversifikasi Bisnis
Diversifikasi bisnis menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan TINS pada harga timah yang tidak stabil. Pencarian peluang bisnis yang beragam harus dipertimbangkan.
Risiko yang Harus Diwaspadai
Risiko seperti fluktuasi harga timah, perubahan regulasi pemerintah, aktivitas penambangan timah ilegal, dan kenaikan biaya bahan bakar harus selalu dipantau dan diatasi.
Kesimpulan
PT Timah Tbk (TINS) menghadapi tantangan besar dalam menjaga kinerja finansial dan operasionalnya. Penurunan laba bersih, pendapatan, dan ketidakcapaian target kinerja operasional menandakan bahwa perusahaan ini diambang kerugian besar.
Diperlukan tindakan cepat, restrukturisasi, dan diversifikasi bisnis untuk mengatasi kondisi yang sulit ini dan memastikan kelangsungan bisnis yang berkelanjutan.
Oleh: Rikky Fermana.