PELALAWAN, (Riau) Riauintegritas.com – Heboh Gajah dari Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) berkeliaran membuat masyarakat Pelalawan mulai naik pitam.
Ketua DPRD Pelalawan Baharuddin, SH., MH sudah road show mencari solusi dan mengajak para pihak.
Menyikapi itu, pakar lingkungan hidup Dr. Elvriadi kepada media ini, Minggu (12/2/2023) memandang ada masalah mendasar yang melatarinya.
Gajah itu keluar disebab 2 masalah mendasar. Pertama, hutan Indonesia dan Riau sudah digunduli melalui mekanisme perijinan demi membahagiakan penjahat kerah putih (white crime). Kedua, WWF sebagai pengayom Satwa Terlindungi seperti gajah itu di putuskan,” ujarnya.
Akademisi yang kerap jadi ahli di pengadilan itu memandang solusi tinggal satu opsi.
Solusi gajah itu tinggal satu. Cari pengganti WWF. Baik Pemkab Pelalawan, Pemprov Riau Kolaborasi Kementerian LHK kontrak kerjasama dengan pihak ketiga atau LSM Lingkungan yang peduli satwa,” jelasnya.
Kepala Departemen Perubahan Iklim KAHMI itu memandang eskalasi konflik satwa manusia bisa makin tinggi ke depan.
“Saya sebenarnya sudah tak melihat ada pollitical Will untuk menyelesaikan masalah ini secara serius. Ada ganjalan psikologis semacam ego mengatasi komitmen pada bangsa dan tanah air. Jelas ke depan, gajah gajah makin tak terurus lalu keluar areal dan bakal konflik seluruh Indonesia. Itulah fakta sebenarnya,” imbuhnya kesal.
“Aaaaachh payah. Yang penting konglomerat tambah kaya raya, gundul licin daratan jadi Padang tekukur. Gajah keluar semua biar tinggal lukisan dan dongeng kancil buaya binti gajah. Lelame temakol Selat Suir Meranti meloncat ke pangkuan gajah nak jumpo cukong seraya menyanyi.
“Ayam Terjerit Diatas Batang. Orang tidur terkejut langsung menyergah.. Ada Sawit mintaklah sebatang. Kami dah nak mengasi makan gajah. Kepunan Telouw Temakol gajah laaaaaa,” pungkas peneliti gajah yang rutin gundul licin demo hutan Tesso Nilo.**